Jumat, 11 April 2014
Selasa, 01 April 2014
Understanding the Meaning of "Ogoh-ogoh" Before the celebration of Nyepi in Bali.

This article has a mission similar to the previous article, let us learn to understand the cultural wealth of our country, to prevent misunderstandings that could lead to a split.
Artikel ini memiliki misi yang sama dengan artikel sebelumya, mari kita belajar memahami kekayaan budaya negara kita, untuk mencegah kesalah pengertian yang dapat menimbulkan perpecahan.
Honestly I personally always wondered why the Hindus in Bali held a "ritual" parading a giant statue commonly called "Ogoh-ogoh", whether they worship the demon? Jujur saya pribadi selalu bertanya-tanya mengapa umat Hindu di Bali mengadakan "ritual" mengarak patung raksasa yang biasa disebut "Ogoh-ogoh", apakah mereka memuja raksasa tersebut ?
Second misunderstanding me, why in Bali are found many "giant statue" scary, almost everywhere even in the holiest place in the Temple for example. The question is whether they worship the demon? My understanding (personal) is a giant symbol of evil.
Kesalah pengertian saya yang kedua, mengapa di Bali banyak ditemukan banyak "Patung Raksasa" yang menakutkan, hampir di semua tempat bahkan di tempat tersuci misal di Pura. Pertanyaanya apakah mereka memuja raksasa tersebut ? Pemahaman saya (pribadi) raksasa merupakan simbol kejahatan.
Incidentally, last year I traveled to Bali and asked to Guide Tour tesebut me about the existence of "The Giant Evil" is.
Kebetulan tahun kemarin saya berwisata ke Bali dan menanyakan hal tesebut kepada Guide Tour saya perihal keberadaan "Para Raksasa" tersebut.
According to the tour guide in Bali mememang giant statue symbol of evil elements, both in the ourselves, and in the universe (see beyond ourselves). Regarding the outside of us you would have understood, they are occupants of "another world" around us.
Kebetulan tahun kemarin saya berwisata ke Bali dan menanyakan hal tesebut kepada Guide Tour saya perihal keberadaan "Para Raksasa" tersebut.
Thing to note is the giant in us, the giant is a symbol of all the evil elements within us that hinder / interfere with our relationship with God , he is the evil thoughts, lust, all of the negative nature of the self and others. To be able to relate well with God according to the sanctity of human nature, we must find out and beat them, so that we can become a sacred personal suit our nature as human beings.
Menurut guide tour patung raksasa di Bali mememang simbol unsur jahat, baik yang ada di dalam diri kita, maupun di alam semesta (baca diluar diri kita). Mengenai yang di luar diri kita anda pasti sudah paham, mereka adalah penghuni "dunia lain" di sekitar kita. Yang perlu diketahui raksasa tersebut ada dalam diri kita, raksasa tersebut adalah simbol segala unsur jahat dalam diri kita yang menghambat/ mengganggu hubungan kita dengan Tuhan, ia adalah pikiran jahat, hawa nafsu, semua sifat diri yang negatif dan lain-lain. Untuk dapat berhubungan baik dengan Tuhan sesuai kodrat kesucian manusia, kita harus mengetahui dan mengalahkan mereka, sehingga kita bisa menjadi pribadi suci sesuai kodrat kita sebagai manusia.
Why there is a statue of the holy place?
Mengapa ditempat suci terdapat patung tersebut ?
Sacred places are just "place", we are "air-worship Hyang" (read-pray) personally, if when we are "air-worship Hyang" we are still debauched and evil nature, our vain "Air-worship Hyang ". To be "air-worship Hyang" good we should be able to defeat all the evil that is in us. In the local joke joke: children are taught "Air-worship Hyang" with eyes closed, while opening the eyes of a giant statue of the "still seems scary" means we are still controlled by the "evil".
Tempat suci hanyalah "tempat", kita "ber-sembah Hyang" (baca-berdoa) secara pribadi, jika saat kita "ber-sembah Hyang" diri kita masih dikuasai hawa nafsu dan sifat jahat, sia-sia kita "ber-sembah Hyang". Untuk dapat "ber-sembah Hyang" yang baik kita harus dapat mengalahkan semua kejahatan yang ada dalam diri kita. Secara bercanda sang guide berseloroh : anak anak diajarkan "ber-sembah Hyang" dengan mata tertutup, saat membuka mata patung raksasa tersebut "masih nampak menakutkan" berarti kita masih dikuasai "kejahatan".
I asked, Lha giant statue whose name we closed his eyes how tahunpun when we open the eyes of course still a giant statue, Lha then how?
Saya bertanya, lha yang namanya patung raksasa kita memejamkan mata berapa tahunpun ketika kita membuka mata tentunya masih berupa patung raksasa, lha trus bagaimana?
Sang guide casually replied "As long as we still live in the world, the nature of evil still exists in us", we usually reduce its appearance in our lives and try to live as best- The good that when we die later the evil giant does not "take us to hell ....
Sang guide dengan enteng menjawab "Selama kita masih hidup di dunia, sang sifat jahat masih ada dalam diri kita", kita bisanya mengurangi kemunculannya dalam kehidupan kita dan berusaha hidup sebaik-baiknya agar saat kita meninggal nanti sang raksasa jahat tersebut tidak "membawa kita ke neraka....
About the statue you can understand it as follows:
the statue is a work of sculpture in Balinese culture that reflects the personality Bhuta Kala. In the teachings of Hindu Dharma, Bhuta Kala represents strength (Bhu) universe and time (Kala) is not measurable and irrefutable.
Perihal Ogoh-ogoh anda dapat memahaminya sebagai berikut :
Ogoh-ogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan.
In the embodiment of the statue in question, Bhuta Kala described as large and intimidating figure, usually in existence Rakshasa.
Dalam perwujudan patung yang dimaksud, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan; biasanya dalam wujud Rakshasa.
In addition there Rakshasa, the statue was often depicted in existence beings who live in Mayapada, Heaven and Naraka, such as dragons, elephants, Widyadari, even In the process, some are made to resemble famous people, such as the leaders of the world , artist or even religious figures villains. Related to this, there are political overtones or SARA although this actually deviate from the basic principles of the statue. For example, the statue which depicts a terrorist.
Selain wujud Rakshasa, Ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk yang hidup di Mayapada, Syurga dan Naraka, seperti: naga, gajah,, Widyadari, bahkan Dalam perkembangannya, ada yang dibuat menyerupai orang-orang terkenal, seperti para pemimpin dunia, artis atau tokoh agama bahkan penjahat. Terkait hal ini, ada pula yang berbau politik atau SARA walaupun sebetulnya hal ini menyimpang dari prinsip dasar Ogoh-ogoh. Contohnya Ogoh-ogoh yang menggambarkan seorang teroris.
In its primary function, the statue as a representation Bhuta Kala, made by Nyepi Day and paraded around the village en masse at dusk Pangrupukan, a day before Nyepi Day.
Dalam fungsi utamanya, Ogoh-ogoh sebagai representasi Bhuta Kala, dibuat menjelang Hari Nyepi dan diarak beramai-ramai keliling desa pada senja hari Pangrupukan, sehari sebelum Hari Nyepi.
According to scholars and practitioners of the Hindu Dharma, it symbolizes the power of human conviction of the universe and time that is most powerful. That power includes the power Bhuana Great (universe) and Bhuana Alit (human beings). In view of Tattwa (philosophy), this power can deliver living beings, particularly humans and the rest of the world to happiness or destruction. This all depends on the intention of the noble man, as God's most precious creatures in keeping himself and the whole world.
Menurut para cendekiawan dan praktisi Hindu Dharma, proses ini melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dashyat. Kekuatan tersebut meliputi kekuatan Bhuana Agung (alam raya) dan Bhuana Alit (diri manusia). Dalam pandangan Tattwa (filsafat), kekuatan ini dapat mengantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran. Semua ini tergantung pada niat luhur manusia, sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan seisi dunia.
Artikel ini memiliki misi yang sama dengan artikel sebelumya, mari kita belajar memahami kekayaan budaya negara kita, untuk mencegah kesalah pengertian yang dapat menimbulkan perpecahan.
Honestly I personally always wondered why the Hindus in Bali held a "ritual" parading a giant statue commonly called "Ogoh-ogoh", whether they worship the demon? Jujur saya pribadi selalu bertanya-tanya mengapa umat Hindu di Bali mengadakan "ritual" mengarak patung raksasa yang biasa disebut "Ogoh-ogoh", apakah mereka memuja raksasa tersebut ?
Second misunderstanding me, why in Bali are found many "giant statue" scary, almost everywhere even in the holiest place in the Temple for example. The question is whether they worship the demon? My understanding (personal) is a giant symbol of evil.
Kesalah pengertian saya yang kedua, mengapa di Bali banyak ditemukan banyak "Patung Raksasa" yang menakutkan, hampir di semua tempat bahkan di tempat tersuci misal di Pura. Pertanyaanya apakah mereka memuja raksasa tersebut ? Pemahaman saya (pribadi) raksasa merupakan simbol kejahatan.
Incidentally, last year I traveled to Bali and asked to Guide Tour tesebut me about the existence of "The Giant Evil" is.
Kebetulan tahun kemarin saya berwisata ke Bali dan menanyakan hal tesebut kepada Guide Tour saya perihal keberadaan "Para Raksasa" tersebut.
According to the tour guide in Bali mememang giant statue symbol of evil elements, both in the ourselves, and in the universe (see beyond ourselves). Regarding the outside of us you would have understood, they are occupants of "another world" around us.
Kebetulan tahun kemarin saya berwisata ke Bali dan menanyakan hal tesebut kepada Guide Tour saya perihal keberadaan "Para Raksasa" tersebut.
Thing to note is the giant in us, the giant is a symbol of all the evil elements within us that hinder / interfere with our relationship with God , he is the evil thoughts, lust, all of the negative nature of the self and others. To be able to relate well with God according to the sanctity of human nature, we must find out and beat them, so that we can become a sacred personal suit our nature as human beings.
Menurut guide tour patung raksasa di Bali mememang simbol unsur jahat, baik yang ada di dalam diri kita, maupun di alam semesta (baca diluar diri kita). Mengenai yang di luar diri kita anda pasti sudah paham, mereka adalah penghuni "dunia lain" di sekitar kita. Yang perlu diketahui raksasa tersebut ada dalam diri kita, raksasa tersebut adalah simbol segala unsur jahat dalam diri kita yang menghambat/ mengganggu hubungan kita dengan Tuhan, ia adalah pikiran jahat, hawa nafsu, semua sifat diri yang negatif dan lain-lain. Untuk dapat berhubungan baik dengan Tuhan sesuai kodrat kesucian manusia, kita harus mengetahui dan mengalahkan mereka, sehingga kita bisa menjadi pribadi suci sesuai kodrat kita sebagai manusia.
Why there is a statue of the holy place?
Mengapa ditempat suci terdapat patung tersebut ?

Tempat suci hanyalah "tempat", kita "ber-sembah Hyang" (baca-berdoa) secara pribadi, jika saat kita "ber-sembah Hyang" diri kita masih dikuasai hawa nafsu dan sifat jahat, sia-sia kita "ber-sembah Hyang". Untuk dapat "ber-sembah Hyang" yang baik kita harus dapat mengalahkan semua kejahatan yang ada dalam diri kita. Secara bercanda sang guide berseloroh : anak anak diajarkan "ber-sembah Hyang" dengan mata tertutup, saat membuka mata patung raksasa tersebut "masih nampak menakutkan" berarti kita masih dikuasai "kejahatan".
I asked, Lha giant statue whose name we closed his eyes how tahunpun when we open the eyes of course still a giant statue, Lha then how?
Saya bertanya, lha yang namanya patung raksasa kita memejamkan mata berapa tahunpun ketika kita membuka mata tentunya masih berupa patung raksasa, lha trus bagaimana?
Sang guide casually replied "As long as we still live in the world, the nature of evil still exists in us", we usually reduce its appearance in our lives and try to live as best- The good that when we die later the evil giant does not "take us to hell ....
Sang guide dengan enteng menjawab "Selama kita masih hidup di dunia, sang sifat jahat masih ada dalam diri kita", kita bisanya mengurangi kemunculannya dalam kehidupan kita dan berusaha hidup sebaik-baiknya agar saat kita meninggal nanti sang raksasa jahat tersebut tidak "membawa kita ke neraka....

About the statue you can understand it as follows:
the statue is a work of sculpture in Balinese culture that reflects the personality Bhuta Kala. In the teachings of Hindu Dharma, Bhuta Kala represents strength (Bhu) universe and time (Kala) is not measurable and irrefutable.
Perihal Ogoh-ogoh anda dapat memahaminya sebagai berikut :
Ogoh-ogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan.
In the embodiment of the statue in question, Bhuta Kala described as large and intimidating figure, usually in existence Rakshasa.
Dalam perwujudan patung yang dimaksud, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan; biasanya dalam wujud Rakshasa.
In addition there Rakshasa, the statue was often depicted in existence beings who live in Mayapada, Heaven and Naraka, such as dragons, elephants, Widyadari, even In the process, some are made to resemble famous people, such as the leaders of the world , artist or even religious figures villains. Related to this, there are political overtones or SARA although this actually deviate from the basic principles of the statue. For example, the statue which depicts a terrorist.
Selain wujud Rakshasa, Ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk yang hidup di Mayapada, Syurga dan Naraka, seperti: naga, gajah,, Widyadari, bahkan Dalam perkembangannya, ada yang dibuat menyerupai orang-orang terkenal, seperti para pemimpin dunia, artis atau tokoh agama bahkan penjahat. Terkait hal ini, ada pula yang berbau politik atau SARA walaupun sebetulnya hal ini menyimpang dari prinsip dasar Ogoh-ogoh. Contohnya Ogoh-ogoh yang menggambarkan seorang teroris.
In its primary function, the statue as a representation Bhuta Kala, made by Nyepi Day and paraded around the village en masse at dusk Pangrupukan, a day before Nyepi Day.
Dalam fungsi utamanya, Ogoh-ogoh sebagai representasi Bhuta Kala, dibuat menjelang Hari Nyepi dan diarak beramai-ramai keliling desa pada senja hari Pangrupukan, sehari sebelum Hari Nyepi.
According to scholars and practitioners of the Hindu Dharma, it symbolizes the power of human conviction of the universe and time that is most powerful. That power includes the power Bhuana Great (universe) and Bhuana Alit (human beings). In view of Tattwa (philosophy), this power can deliver living beings, particularly humans and the rest of the world to happiness or destruction. This all depends on the intention of the noble man, as God's most precious creatures in keeping himself and the whole world.
Menurut para cendekiawan dan praktisi Hindu Dharma, proses ini melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dashyat. Kekuatan tersebut meliputi kekuatan Bhuana Agung (alam raya) dan Bhuana Alit (diri manusia). Dalam pandangan Tattwa (filsafat), kekuatan ini dapat mengantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran. Semua ini tergantung pada niat luhur manusia, sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan seisi dunia.
Nyepi Day in Bali Indonesia : What You Know?

We're sorry, but this article we offer you like that might not know the meaning and existence of Hari Raya Nyepi, known to only a "principal red dates and holidays", including me, he-he-he, let's learn together ....
Nyepi is a feast of the Hindus who celebrated each new year Saka. Day falls on a matter Tilem Kesanga (IX), which are believed to be the day of purification of the gods who are in the center of the ocean that brings the essence of living water amerta. To the Hindus do worship sacred to them.
Nyepi Day is commemorated elections Hindus today. They do make tapa, yoga, and meditation. Chess Brata Nyepi is done there should be no light is lit, there is no job that can be done, there should be no tour is done, and there is no entertainment that can be done.
Hindus commemorate this year on Nyepi Saka New Year of 1936, Nyepi is done Hindus since 06:00 am on March 31 to 6:00 am on 1 April 2014.
Nyepi adalah hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap tahun Baru Saka. Hari ini jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang dipercayai merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera yang membawa intisari amerta air hidup. Untuk itu umat Hindu melakukan pemujaan suci terhadap mereka.
Hari Raya Nyepi ini diperingati umat Hindu hari ini. Mereka melakukan melakukan tapa, yoga, dan semadi. Catur brata nyepi itu dilakukan dengan tidak boleh ada cahaya yang menyala, tidak ada pekerjaan yang dapat dilakukan, tidak boleh ada wisata yang dilakukan, dan tidak ada hiburan yang boleh dilakukan.
Tahun ini umat Hindu memperingati Nyepi pada Tahun Baru Saka 1936, Nyepi ini dilakukan umat Hindu sejak pukul 06.00 pagi pada 31 Maret hingga 06.00 pagi pada 1 April 2014.
Nyepi is a feast of the Hindus who celebrated each new year Saka. Day falls on a matter Tilem Kesanga (IX), which are believed to be the day of purification of the gods who are in the center of the ocean that brings the essence of living water amerta. To the Hindus do worship sacred to them.
Nyepi Day is commemorated elections Hindus today. They do make tapa, yoga, and meditation. Chess Brata Nyepi is done there should be no light is lit, there is no job that can be done, there should be no tour is done, and there is no entertainment that can be done.
Hindus commemorate this year on Nyepi Saka New Year of 1936, Nyepi is done Hindus since 06:00 am on March 31 to 6:00 am on 1 April 2014.
Mohon maaf, artikel ini kami persembahkan bagai anda yang mungkin belum mengetahui makna dan keberadaan Hari Raya Nyepi, sehingga yang diketahui hanyalah "pokoknya tanggal merah dan libur", termasuk saya, he-he-he, mari kita belajar bersama....
Nyepi adalah hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap tahun Baru Saka. Hari ini jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang dipercayai merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera yang membawa intisari amerta air hidup. Untuk itu umat Hindu melakukan pemujaan suci terhadap mereka.
Hari Raya Nyepi ini diperingati umat Hindu hari ini. Mereka melakukan melakukan tapa, yoga, dan semadi. Catur brata nyepi itu dilakukan dengan tidak boleh ada cahaya yang menyala, tidak ada pekerjaan yang dapat dilakukan, tidak boleh ada wisata yang dilakukan, dan tidak ada hiburan yang boleh dilakukan.
Tahun ini umat Hindu memperingati Nyepi pada Tahun Baru Saka 1936, Nyepi ini dilakukan umat Hindu sejak pukul 06.00 pagi pada 31 Maret hingga 06.00 pagi pada 1 April 2014.
Definition of Nyepi, Pengertian Nyepi
Nyepi comes from the quiet (quiet, silence). Hari Raya Nyepi is actually based on the Hindu New Year festival calendar / calendar caka, which began in the year 78 AD. Unlike the Gregorian new year celebration, the Saka New Year in Bali began to retreat. No activity as usual. All activities are waived, including public services, such as the International Airport was closed, but not for the hospital.
Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan/kalender caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi. Tidak ada aktivitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit.
Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan/kalender caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi. Tidak ada aktivitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit.
The main purpose of Hari Raya Nyepi is applied to the front of the One God, to purify Bhuana Alit (human nature / microcosmos) and Bhuana General / macrocosmos (the universe). Before Hari Raya Nyepi, there are some networks that performed the ritual of the Hindus, particularly in the area of Bali.
Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrocosmos (alam semesta). Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali.
Melasti, Tawur (Pecaruan), and Pengrupukan. Melasti, Tawur (Pecaruan), dan Pengrupukan.
Three or two days before Nyepi, Hindus do Sanctification by the Melasti ceremony also called Melis / Mekiyis. On that day, all the existing means of worship in the temple (shrine) parade to the beach or lake, because the sea or lake is the source of holy water (Tirta Amrita) and can purify all leteh (gross) in man and nature.
Tiga atau dua hari sebelum Nyepi, umat Hindu melakukan Penyucian dengan melakukan upacara Melasti atau disebut juga Melis/Mekiyis. Pada hari tersebut, segala sarana persembahyangan yang ada di Pura (tempat suci) diarak ke pantai atau danau, karena laut atau danau adalah sumber air suci (tirta amerta) dan bisa menyucikan segala leteh (kotor) di dalam diri manusia dan alam.
Tiga atau dua hari sebelum Nyepi, umat Hindu melakukan Penyucian dengan melakukan upacara Melasti atau disebut juga Melis/Mekiyis. Pada hari tersebut, segala sarana persembahyangan yang ada di Pura (tempat suci) diarak ke pantai atau danau, karena laut atau danau adalah sumber air suci (tirta amerta) dan bisa menyucikan segala leteh (kotor) di dalam diri manusia dan alam.
The day before Nyepi, namely on "Tilem sasih Kesanga" (month off 9th), the Hindus perform ritual Blind Yadnya at all levels of society, from their families, train, village, district, and the next, taking one one of the types caru (like sesajian) according to his means. Blind Yadnya respectively named Panca Sata (small), Panca Relatives (medium), and the Supreme Tawur (large). Tawur or pecaruan own a purification / pemarisuda Blind Period, and all leteh (impurities) are all expected to vanish. Caru implemented in their homes made from rice Manca (five) colors of 9 duel / packet with pauknya dishes, such as chicken brumbun (colorful) accompanied tetabuhan wine / rice wine. Blind Yadnya is addressed to Sang Blind King, Blind and Batara Kala Kala, to apply so they do not bother people.
Sehari sebelum Nyepi, yaitu pada "tilem sasih kesanga" (bulan mati yang ke-9), umat Hindu melaksanakan upacara Buta Yadnya di segala tingkatan masyarakat, mulai dari masing-masing keluarga, banjar, desa, kecamatan, dan seterusnya, dengan mengambil salah satu dari jenis-jenis caru (semacam sesajian) menurut kemampuannya. Buta Yadnya itu masing-masing bernama Pañca Sata (kecil), Pañca Sanak (sedang), dan Tawur Agung (besar). Tawur atau pecaruan sendiri merupakan penyucian/pemarisuda Buta Kala, dan segala leteh (kekotoran) diharapkan sirna semuanya. Caru yang dilaksanakan di rumah masing-masing terdiri dari nasi manca (lima) warna berjumlah 9 tanding/paket beserta lauk pauknya, seperti ayam brumbun (berwarna-warni) disertai tetabuhan arak/tuak. Buta Yadnya ini ditujukan kepada Sang Buta Raja, Buta Kala dan Batara Kala, dengan memohon supaya mereka tidak mengganggu umat.
Sehari sebelum Nyepi, yaitu pada "tilem sasih kesanga" (bulan mati yang ke-9), umat Hindu melaksanakan upacara Buta Yadnya di segala tingkatan masyarakat, mulai dari masing-masing keluarga, banjar, desa, kecamatan, dan seterusnya, dengan mengambil salah satu dari jenis-jenis caru (semacam sesajian) menurut kemampuannya. Buta Yadnya itu masing-masing bernama Pañca Sata (kecil), Pañca Sanak (sedang), dan Tawur Agung (besar). Tawur atau pecaruan sendiri merupakan penyucian/pemarisuda Buta Kala, dan segala leteh (kekotoran) diharapkan sirna semuanya. Caru yang dilaksanakan di rumah masing-masing terdiri dari nasi manca (lima) warna berjumlah 9 tanding/paket beserta lauk pauknya, seperti ayam brumbun (berwarna-warni) disertai tetabuhan arak/tuak. Buta Yadnya ini ditujukan kepada Sang Buta Raja, Buta Kala dan Batara Kala, dengan memohon supaya mereka tidak mengganggu umat.
Mecaru followed by pengerupukan ceremony, which spreads spreads tawur rice, torch-obori house and the yard, house and yard menyemburi with gunpowder, and hitting any objects (usually gong) to voice crowded / noisy. This stage is to expel Buta Kala from the home environment, yard, and neighborhood. Lodging in Bali, pengrupukan usually celebrated with a parade of ogoh-ogoh which embodies Buta Kala who paraded around the neighborhood, and then burned. The goal is the same, namely expel Buta Kala from the surrounding environment.
Mecaru diikuti oleh upacara pengerupukan, yaitu menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh. Tahapan ini dilakukan untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar. Khusus di Bali, pengrupukan biasanya dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh yang merupakan perwujudan Buta Kala yang diarak keliling lingkungan, dan kemudian dibakar. Tujuannya sama yaitu mengusir Buta Kala dari lingkungan sekitar.
Mecaru diikuti oleh upacara pengerupukan, yaitu menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh. Tahapan ini dilakukan untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar. Khusus di Bali, pengrupukan biasanya dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh yang merupakan perwujudan Buta Kala yang diarak keliling lingkungan, dan kemudian dibakar. Tujuannya sama yaitu mengusir Buta Kala dari lingkungan sekitar.
The highlight of Nyepi. Puncak acara Nyepi.
The next day, ie on pinanggal linings, sasih Kedasa (day 1, month 10), comes the actual Nyepi Day. In today's atmosphere as dead. No flurry of activity as usual. On this day Hindus carry "Catur Brata" Penyepian comprising observe geni (no berapi-api/tidak use and or turn on the fire), observe the work (not working), observe lelungan (not traveling), and observe lelanguan (not listening entertainment). As well as those who were able to also carry out penance, asceticism, yoga, and semadhi.
Keesokan harinya, yaitu pada pinanggal pisan, sasih Kedasa (tanggal 1, bulan ke-10), tibalah Hari Raya Nyepi sesungguhnya. Pada hari ini suasana seperti mati. Tidak ada kesibukan aktivitas seperti biasa. Pada hari ini umat Hindu melaksanakan "Catur Brata" Penyepian yang terdiri dari amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan). Serta bagi yang mampu juga melaksanakan tapa, brata, yoga, dan semadhi.
Keesokan harinya, yaitu pada pinanggal pisan, sasih Kedasa (tanggal 1, bulan ke-10), tibalah Hari Raya Nyepi sesungguhnya. Pada hari ini suasana seperti mati. Tidak ada kesibukan aktivitas seperti biasa. Pada hari ini umat Hindu melaksanakan "Catur Brata" Penyepian yang terdiri dari amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan). Serta bagi yang mampu juga melaksanakan tapa, brata, yoga, dan semadhi.
So for the new era, really begins with a new, clean white pages. To start a new life in the year Çaka any, basis is used, so that everything we do starts from nothing, pure and clean. Each of the magicians (the wruhing tattwa Jnana) implement Brata (restraint of lust), yoga (connecting the soul with paramatma (God)), tapa (suffering endurance exercise), and contemplation (united to God, whose ultimate goal is the sanctity of inner and outer) .
Demikianlah untuk masa baru, benar-benar dimulai dengan suatu halaman baru yang putih bersih. Untuk memulai hidup dalam tahun baru Caka pun, dasar ini dipergunakan, sehingga semua yang kita lakukan berawal dari tidak ada,suci dan bersih. Tiap orang berilmu (sang wruhing tattwa jñana) melaksanakan brata (pengekangan hawa nafsu), yoga (menghubungkan jiwa dengan paramatma (Tuhan)), tapa (latihan ketahanan menderita), dan samadi (manunggal kepada Tuhan, yang tujuan akhirnya adalah kesucian lahir batin).
Demikianlah untuk masa baru, benar-benar dimulai dengan suatu halaman baru yang putih bersih. Untuk memulai hidup dalam tahun baru Caka pun, dasar ini dipergunakan, sehingga semua yang kita lakukan berawal dari tidak ada,suci dan bersih. Tiap orang berilmu (sang wruhing tattwa jñana) melaksanakan brata (pengekangan hawa nafsu), yoga (menghubungkan jiwa dengan paramatma (Tuhan)), tapa (latihan ketahanan menderita), dan samadi (manunggal kepada Tuhan, yang tujuan akhirnya adalah kesucian lahir batin).
All of it becomes imperative for Hindus to have an inner readiness to face any challenge of life in the new year.
Semua itu menjadi keharusan bagi umat Hindu agar memiliki kesiapan batin untuk menghadapi setiap tantangan kehidupan pada tahun yang baru.
Ngembak Geni (Ngembak Api).
Last networks from Saka New Year is the day that falls on Geni Ngembak "ping pinanggal Kalih" (date 2) sasih kedasa (month X). On this New Year Saka enters day two. Hindus do Dharma Shanti with big families and neighbors, gave thanks and sorry forgive each other (ksama) to each other, to start the new year clean sheet. The essence of Dharma Santi is Tattwamasi philosophy which considers that all people in all corners of the earth as a creation of Ida Sanghyang Widhi Wasa let mutual love one another, forgive any errors and confusion. Live in harmony and peace.
Rangkaian terakhir dari perayaan Tahun Baru Saka adalah hari Ngembak Geni yang jatuh pada "pinanggal ping kalih" (tanggal 2) sasih kedasa (bulan X). Pada hari ini Tahun Baru Saka tersebut memasuki hari ke dua. Umat Hindu melakukan Dharma Shanti dengan keluarga besar dan tetangga, mengucap syukur dan saling maaf memaafkan (ksama) satu sama lain, untuk memulai lembaran tahun baru yang bersih. Inti Dharma Santi adalah filsafat Tattwamasi yang memandang bahwa semua manusia di seluruh penjuru bumi sebagai ciptaan Ida Sanghyang Widhi Wasa hendaknya saling menyayangi satu dengan yang lain, memaafkan segala kesalahan dan kekeliruan. Hidup di dalam kerukunan dan damai.
For all Hindu people, I say: Bagi anda umat beragama Hindu, saya mengucapkan :
"Happy Hari Raya Nyepi, Saka New Year 1936.
May peace always be with us. Om Swastiastu "
Rangkaian terakhir dari perayaan Tahun Baru Saka adalah hari Ngembak Geni yang jatuh pada "pinanggal ping kalih" (tanggal 2) sasih kedasa (bulan X). Pada hari ini Tahun Baru Saka tersebut memasuki hari ke dua. Umat Hindu melakukan Dharma Shanti dengan keluarga besar dan tetangga, mengucap syukur dan saling maaf memaafkan (ksama) satu sama lain, untuk memulai lembaran tahun baru yang bersih. Inti Dharma Santi adalah filsafat Tattwamasi yang memandang bahwa semua manusia di seluruh penjuru bumi sebagai ciptaan Ida Sanghyang Widhi Wasa hendaknya saling menyayangi satu dengan yang lain, memaafkan segala kesalahan dan kekeliruan. Hidup di dalam kerukunan dan damai.
For all Hindu people, I say: Bagi anda umat beragama Hindu, saya mengucapkan :
"Happy Hari Raya Nyepi, Saka New Year 1936.
May peace always be with us. Om Swastiastu "

"Selamat Hari Raya Nyepi, Tahun Baru Saka 1936.
Semoga damai senantiasa menyertai kita. Om Swastiastu"
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Nyepi.
Langganan:
Postingan (Atom)